Monday, 30 December 2013

SYIAH 10 - SAYUNYA, ANAK PEREMPUAN SEUSIA 5 TAHUN DI BENARKAN BAPA UNTUK DIMUTA'AH IMAMNYA

DOKTRIN SYIAH - PENGHINAAN KE ATAS WANITA TANPA DISEDARI


SYIAH - GILA SEX DAN KELAKUAN NAFSUNYA AMAT KEJAM


Add caption

Sayyid Husain Al-Musawi bukanlah nama yang asing di kalangan Syi'ah. Dia adalah ulama besar Syi'ah yang lahir di Karbala dan belajar di Hauzah hingga mendapat gelaran mujtahid. Dia juga mempunyai kedudukan yang istimewa di sisi Imam Ayatullah Khomeini.

Setelah melalui pengembaraan spiritual yang panjang,dia akhirnya keluar dari Syi'ah, kerana menemukan begitu banyak penyimpangan dan kesesatan.Tulisan ini disarikan dari bukunya,'Mengapa Saya Keluar Dari Syi'ah'. pertanggungjawabannya untuk Allah dan sejarah sebelum akhirnya dia dibunuh.

Aku lahir di Karbala, tumbuh di lingkungan orang-orang Syi'ah dan diasuh oleh bapaku,yang taat beragama. Aku belajar di beberapa sekolah yang ada di kota hingga menjangkau usia remaja. Kemudian bapaku mengirimku ke sebuah Hauzah di kota ilmu Najaf. Ini merupakan induk kota ilmu, tempat para ulama yang terkenal, menimba ilmu agama, seperti Imam Sayyid Muhammad Ali Husain Kasyif Al-Ghita. Dia adalah tokoh di Kota Ilmu. Semenjak itu aku mulai serius memikirkan masalah ilmu. Aku mempelajari mazhab Ahlul-Bait, tetapi di sisi lain aku mendapati terdapat celaan dan serangan terhadap Ahlul-Bait.

Aku belajar tentang masalah-masalah syari'at untuk beribadah kepada Allah tetapi di dalamnya terdapat nash-nash yang menyatakan kekafiran terhadap Allah SWT."Ya Allah, apakah yang aku pelajari ini?Apakah mungkin ini semua merupakan madzhab Ahlul-Bait yang benar?"

Sesungguhnya hal ini menyebabkan terpecahnya keperibadian seseorang. Kerana, bagaimana dia menyembah Allah sementara di sisi lain dia kufur kepada Allah? Bagaimana dia mengikuti sunnah Rasulullah sementara di sisi lain dia menyerangnya? Bagaimana dikatakan mengikut ahlul bait, mencintai dan mempelajari madzhab mereka, sementara dia manghina dan mengejek mereka?

"Turunkan rahmat dan kasih sayangMu Ya Allah. Jika bukan kerana rahmatMu, nescaya aku termasuk orang yang sesat, bahkan termasuk orang yang rugi".

Aku kembali bertanya kepada diriku, "Apa sikap para tokoh, imam dan orang-orang yang dianggap sebagai ulama? Apakah sikap mereka terhadap hal ini? Apa mereka melihat seperti yang aku lihat?Apakah mereka mempelajari apa yang aku pelajari?"

Aku perlukan seseorang untuk mengadu semua kebingunganku dan menumpahkan seluruh kesedihanku. Akhirnya aku mendapat petunjuk dengan mendapat idea yang bagus, iaitu melakukan study yang komprehensif dan mengkaji lagi semua materi pelajaran yang pernah aku dapatkan. Aku membaca semua yang aku dapatkan dari sumber rujukan, baik yang mu'tabar, maupun yang tidak.

Aku membaca setiap buku yang sampai ke tanganku. Aku merenung untuk mengkaji beberapa alinea dan nash-nash tersebut dan aku komentarkan berdasarkan pemikiran yang ada di dalam otakku.

Ketika selesai membaca rujukan yang mu'tabar, aku mendapatkan sejumlah kertas lalu aku simpan semoga pada suatu hari nanti Allah menetapkan suatu keputusan bagiku.

Aku memohon kepada Allah dalam menjelaskan kebenaran ini. Akan banyak tuduhan, fitnah, dan usaha pembunuhan yang akan ditemui kalau seseorang membuka kesesatan Syi'ah, tapi aku sudah memperhitungkan semua itu, dan hal itu tidak menghalangku untuk melakukannya.

Orang-orang Syi'ah telah membunuh bapa para pemimpin kami, iaitu Ayatullah Uzhma Imam Sayyid Abul Hasan Al-Ashfani, seorang imam Syi'ah terbesar setelah masa keghaiban imam hingga sekarang. Tidak diragukan lagi bahawa beliau adalah seorang tokoh besar Syi'ah namun ketika beliau hendak meluruskan manhaj Syi'ah dan membersihkan khurafat-khurafat yang ada di dalamnya, mereka menyembelihnya sebagaimana menyembelih seekor kambing. Sebagaimana mereka juga telah membunuh Sayyid Ahmad Al-Kasrawi ketika ia menyatakan berlepas diri dari penyimpangan-panyimpangan Syi'ah dan hendak meluruskan manhaj Syi'ah, mereka mencincang tubuh Sayyid Ahmad menjadi beberapa potong.

Masih banyak orang yang mengalami nasib sama kerana keberanian mereka dalam menentang aqidah yang bathil yang dimasukkan ke dalam madzhab Syi'ah. Dan mereka juga menghendakki aku mengalami nasib yang sama. Namun hal itu tidak menggetarkanku. Cukuplah bagiku untuk menympaikan kebenaran, menasihati saudaraku, memberi peringatan kepada mereka, dan berpaling daripada kesesatan.

Seandainya aku menginginkan kesenangan dunia, mut'ah(nikah kontrak) dan khumus (seperlima harta yang diinfakkan para penganut Syi'ah) telah cukup untuk mewujudkan semua itu, sebagaimana dilakukan orang selain aku yang menjadi kaya di daerahnya masing-masing. Sebahagian mereka menaiki kereta yang paling mewah dengan model paling mutakhir. Tetapi alhamdulillah aku berpaling dari semua itu sejak aku mengenal kebenaran.

Menganggap Ahlussunnah seperti Najis (sial punya syiah tak sedar diri - mereka sendiri makan tahi dan minum kencing imam bukti di SINI)

Keyakinan yang tersebar di antara kami, kalangan pengikut syi'ah adalah pengutamaan terhadap ahlul bait. Madzhab Syi'ah semuanya dilandaskan atas kecintaan kepada ahlul bait. Berlepas diri dari orang awam, iaitu ahlussunnah, berlepas diri dari tiga khalifah dan Aisyah binti Abu Bakar kerana sikap mereka terhadap ahlul bait.

Yang mengakar di dalam akal semua orang Syi'ah, baik yang muda maupun yang tua, orang pandai maupun orang bodoh, lelaki maupun perempuan, adalah bahawa sahabat telah melakukan kezaliman terhadap ahlul bait, menumpahkan darah mereka, dan menghalalkan kehormatan mereka.Yang ditanamkan keyakinan oleh para ulama dan mujtahid Syi'ah adalah bahawa musuh mereka yang terbesar adalah ahlussunnah. Hal itu kerana orang sunni dianggap najis dalam pandangan Syi'ah, hingga kalau dicuci seribu kali pun najisnya tidak akan hilang.

Hampir semua kitab Syi'ah yang aku pelajari penuh dengan bahasa yang kasar dan diluar akal sehat. Berbagai cacian, umpatan dan kata-kata kotor berhamburan di setiap kitab. Bahkan sering apa yang diungkapkan tidak memiliki logika yang waras. Bacalah Al-Kafi, Nahjul Balaghah, Al Ihtijaj, Rijal Kisyi.

Jika kita hendak menelusuri semua yang dikatakan tentang ahlul bait, pembicaraannya akan memanjang. Sebab tidak seorang pun di antara mereka yang selamat dari kata-kata kkotor, kalimat yang buruk, atau tuduhan yang hina.Telah banyak dinisbatkan kepada mereka perbuatan yang tercela.

Bacalah riwayat ini,"Rasulullah tidak tidur sehingga mencium bahagian depan wajah Fatimah"(Bihar Al-Anwar,43/44).

"Rasulullah menyembam wajahnya di atas dua payudara Fatimah."(Bihar Al-Anwar 43/78).

Sebuah penistaan yang sangat buruk, bagaimana Rasulullah, yang begitu mulia, melakukan hal yang tidak masuk akal seperti itu.

Nikah Mut'ah (lagi berita mutaah di SINI dan SINI)

Nikah mut'ah telah dipraktikkan dengan bentuk yang paling buruk, para wanita telah dihinakan dengan sehina-hinanya. Sebahagian besar mereka memuaskan nafsu berahinya atas nama agama di balik tabir yang bernama mut'ah.

Mereka telah membawakan riwayat-riwayat yang memberikan motivasi untuk melakukan mut'ah, menetapkan dan memperinci pahalanya, serta hukuman atas orang yang meninggalkannya. Bahkan mereka yang tidak mut'ah dianggap kafir.

Ash Shaduq meriwayatkan dari Ash Shadiq, dia berkata,
"Sesungguhnya mut'ah adalah agamaku dan agama bapakku. Barangsiapa mengingkarinya, berarti dia mengingkari agama kami dan beraqidah selain agama kami." (Man La Yahdhuruhu Al Faqih,3/366).
Ini adalah pengkafiran terhadap orang yang menolak mut'ah.

Untuk menguatkan lagi mut'ah ini, nama Rasulullah pun dibawa-bawa, seperti ditulis dalam Man La Yahdhuruhu Al Faqih,3/366, "Barangsiapa melakukan mut'ah dengan seorang wanita, dia akan aman dari murka Allah, Yang Maha Memaksa. Barangsiapa melakukan mut'ah dua kali, dia akan dikumpulkan bersama orang-orang baik. Barangsiapa melakukan mut'ah tiga kali, dia akan berdampingan denganku di syurga."

Semangat kata-kata inilah yang mendorong para ulama kota ilmu Najaf, wilayah para imam, melakukan mut'ah dengan banyak wanita. Seperti ulama Sayiid Shadr, Barwajardi, Syairazi, Qazwani, Sayyid Madani,dan banyak lagi yang lainnya.

Semaklah riwayat ini. Dari Sayyid Fathullah Al KAsyani, meriwayatkan dalam tafsir Manhaj Ash-Shadiqin, dari Nabi SAW, sesungguhnya beliau bersabda,

"Barangsiapa melakukan mut'ah satu kali, darjatnya seperti Husain AS;yang melakukan dua kali, darjatnya seperti Hasan AS; yang melakukan tiga kali, darjatnya sama dengan Ali Bin Abu Talib; dan barangsiapa melakukan mut'ah empat kali, darjatnya sama seperti darjatku".

Sungguh tidak masuk akal. Katakanlah jika ada seorang laki-laki jahat melakukan mut'ah sekali, darjatnya sama dengan Husain AS; lalu mut'ah dua kali, naik lagi darjatnya. Semudah itu.....?? Apakah kedudukan Rasulullah SAW dan para imam sehina itu?? Walau orang yang melakukan mut'ah telah sampai pada darjat keimanan yang tinggi,a pakah darjatnya seperti darjat Husain, saudaranya, bapanya, atau datuknya?




Kisah Nikah Mut’ah Imam Khomeini

Sang Imam Mut'ah dengan Anak Kecil


Rabu 27 Zulkaedah 1434 / 2 October 2013 15:35

khomeini 490x326 Kisah Nikah Mut’ah Imam Khomeini 

BAGI penganut agama Syiah, nama Imam Khomeini suci melebihi para sahabat Rasul, terutama Abu Bakar, dan atau Umar bin Khattab. Sayyid Husain Al Musawi Al Husaini, mantan penganut Syi’ah dan kemudian sadar beralih ke Ahlus Sunnah, dalam kitab Lillahi Tsumma Lil Tarikh atau yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi Mengapa Saya Keluar dari Syi’ah? menuturkan salah satu kisah tentang Khomeini, utamanya soal kawin mut’ahnya.

Berikut penggalannya:

Ketika Imam Khomeini tinggal di Iraq, aku bolak-balik berkunjung kepadanya. Aku menuntut ilmu darinya sehingga hubungan antara aku dengannya menjadi erat sekali. Suatu waktu disepakati untuk menuju suatu kota dalam rangka memenuhi undangan, iaitu kota yang terletak d isebelah barat Mosul, yang ditempuh lebih kurang setengah jam dengan kereta.

Imam Khomeini memintaku untuk pergi bersamanya. Kami disambut dan dimuliakan dengan pemuliaan yang sangat luar biasa selama kami tinggal di salah satu keluarga Syi'ah yang tinggal di sana. Dia telah menyatakan janji setia untuk menyebarkan fahaman Syi'ah di wilayah tersebut.

Ketika berakhir masa perjalanan kami kembali, di jalan, saat kami pulang, kami melewati Baghdad dan Imam Khomeini hendak beristirehat dari keletihan perjalanan. Maka dia memerintahkan menuju daerah peristirehatan di mana di sana tinggal seorang laki-laki asal Iran yang bernama Sayyid Shahib. Antara dia dan Imam terjalin hubungan persahabatan yang cukup kental.



Sayyid Shahib meminta kepada kami supaya bermalam di rumahnya pada malam tersebut. Imam pun bersetuju. Kemudian ketika tiba waktu Isya’ kami disediakan dengan makan malam. Para hadirin yang hadir mencium tangan Imam dan berbincang-bincang dengannya.
Lihatlah mata nak-anak ini, sayunya. Gadis sunti se usia inilah di serahkan Sang Bapa untuk dijadikan habuan SEX Imam Syiah.

Ketika hampir tiba waktu tidur para hadirin bubar kecuali penghuni rumah tersebut. Imam Al Khomeini melihat anak-anak perempuan berumur empat atau lima tahun dan anak-anak tersebut sangat cantik. Imam meminta dari ayahnya Sayyid Shahib untuk bermut’ah dengannya dan ayahnya bersetuju dengan perasaan sangat gembira.

Imam Al Khomeini tidur dan anak-anak tersebut berada dalam dekapannya. Kami mendengar suara tangisan dan teriakan anak-anak tersebut.
Apa yang penting ialah Imam telah melalui malam tersebut. Saat tiba waktu pagi, kami bersama-sama untuk sarapan pagi. 

Imam telah melihat kepadaku dan mendapati tanda-tanda tidak puas hati yang lahir secara jelas di wajahku: “Bagaimana pada waktu itu beliau sanggup bermut’ah dengan anak-anak perempuan tersebut sedangkan di dalam rumah tersebut terdapat ramai wanita-wanita muda, baligh, berakal yang tidak menjadi halangan kepada beliau untuk bermut’ah dengan salah seorang daripada mereka. Kenapa beliau tidak berbuat demikian?”

Ia berkata kepadaku: “Sayyid Husain, apa pendapat kamu tentang bermut’ah dengan anak-anak perempuan?”

Aku berkata kepadanya: “Kata pemutus adalah kata-kata Anda, perbuatan yang benar adalah perbuatan Anda. dan Anda adalah Imam Mujtahid. Mana mungkin orang seperti ku berpandangan atau berpendapat melainkan apa yang telah Anda lihat dan katakan , -dan seperti diketahui tidak mungkin aku bertentangan dengan Anda-.”

Ia berkata: “Sayyid Husain, sesungguhnya bermut’ah dengan anak-anak tersebut adalah boleh tetapi dengan bercumbu-cumbuan, berciuman dan tafkhiz.  Adapun bersetubuh, dia (anak-anak) masih belum mampu untuk melakukannya.”

Imam Al Khomeini berpendapat boleh bermut’ah walaupun dengan anak-anak yang masih menyusu. Ia berkata: “Tidak mengapa bermut’ah dengan anak-anak yang masih menyusu dengan memeluk dan tafkhiz – meletakkan zakarnya di antara dua pahanya- dan bercumbuan.”

 Adapun bersenggama, sesungguhnya ia belum kuat untuk melakukannya."Lihat juga kitab Imam Khomeini yang berjudul Tahrir Al Wasilah, 2/241, nombor 12, yang membolehkan mut'ah dengan anak yang masih disusui.

Mut'ah dengan Wanita Bersuami


Sangat jelas, kerusakkan yang disebabkan oleh mut'ah sangat besar dan kompleks.

Diantaranya, pertama, menyalahi nash-nash syari'at, kerana menghalalkan apa yang diharamkan Allah.

Kedua, riwayat-riwayat dusta yang bermacam-macam dan panisbatannya kepada para imam, padahal di dalamnya mengandung caci maki yang tidak diredhai oleh orang yang dalam hatinya terdapat sebiji sawi dari keimanan.

Ketiga, kerosakkan yang ditimbulkannya dengan membolehkan mut'ah dengan wanita yang sudah bersuami, walau ia ada dibawah penjagaan seorang lelaki tanpa diketahui oleh suaminya. Dalam keadaan ini seorang suami tidak akan merasa aman kepada istrinya kerana kemungkinan nanti istrinya nikah mut'ah dengan lelaki lain.I ni adalah kerosakan di atas kerosakkan! Tak dapat dibayangkan bagaimana perasaan seorang suami yang mengetahui isteri yang berada di bawah perlindungannya mut'ah dengan lelaki lain.

Keempat, para bapa juga merasa tidak aman dengan anak perempuannya, kerana mungkin saja anaknya melakukan mut'ah tanpa izinnya lalu tiba-tiba hamil entah dengan siapa.

Kelima, kebanyakan orang yang melakukan mut'ah membolehkan diri mereka untuk nikah mut'ah tetapi akan berkeberatan kalau anaknya di nikahi dengan cara mut'ah. Dia sedar bahwa mut'ah ini mirip zina dan aib bagi dia tapi dia sendiri melakukan hal itu untuk anak orang. Kalaulah nikah mut'ah adalah sesuatu yang disyari'atkan, mengapa kebanyakan bapa merasa keberatan untuk membolehkan anak perempuan atau kerabatnya melakukan nikah mut'ah?

Keenam, dalam pernikahan mut'ah, tidak ada saksi, pengumuman, keredhaan wali wanita, dan tidak berlaku hukum waris suami-istri tetapi ia hanyalah seorang isteri yang dikontrak. Pembolehan mut'ah akan membuka peluang bagi pemuda-pemudi untuk tenggelam dalam kubangan dosa sehingga akan merosak citra agama.

Jadi jelaslah bahaya mut'ah dari sisi kehidupan beragama, moral dan sosial. Sehingga mut'ah diharamkan, kerana mengandung bahaya yang banyak.

Dakwaan pengharaman hanya khusus berlaku pada hari Khaibar adalah dakwaan yang tidak berasaskan dalil. Di samping itu kalaulah pangharaman mut'ah hanya berlaku pada hari Khaibar, tentu ada penegasan dari Rasulullah yang mengharamkan mut'ah. Makna perkataan bahwa nikah mut'ah diharamkan pada hari Khaibar ialah bahwa pengharamannya dimulai semenjak hari Khaibar sampai hari Kiamat. Adapun perkataan para ulama kami(ulama Syi'ah) adalah mempermainkan nash-nash syari'at.

Betapa banyak orang yang melakukan mut'ah menghimpun anak dan ibunya, wanita dan saudaranya, bapanya....dan kekacauan lain.

Seorang perempuan datang padaku menanyakan kejadian yang menimpa dirinya. Perempuan ini menceritakan bahwa ia pernah nikah mut'ah dengan tokoh dan ulama berpengaruh, Sayyid Husain Shadr, dua puluh tahun yang lalu, dan dia hamil. Setelah puas, tokoh ini menceraikannya. Ia bersumpah bahwa ia hamil sebagai hasil hubungan dengan Sayyid Shadr, kerana tidak ada yang mut'ah dengannya kecuali Sayyid Sahdr. Setelah anak gadisnya dewasa, ia menjadi gadis yang cantik dan siap menikah. Tapi ibunya menemukan sang anak telah hamil. Ketika ditanya tentang hal itu, ia mengatakan bahwa ia telah menikah mut'ah dengan Sayyid Shadr dan kehamilannya kerana nikah mut'ah itu. Sang ibu tercengang dan kehilangan kendali dan mengatakan bahwa Sayyid Shadr itu adalah ayahnya. Lalu ibu ini menceritakan kisah itu pada anaknya, darah dagingnya! Di Iran kejadian seperti itu sudah tidak terhitung banyaknya!

Mari kita semak firman Allah SWT,
"Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya...."(QS An Nuur:33).

Barangsiapa belum mampu menikah secara syar'i kerana sedikitnya bekal yang dimilikinya, hendaklah dia menjaga kesucian diri sampai Allah mengaruniakan rezeki kepadanya hingga dia mampu. Kalaulah mut'ah dihalalkan, nescaya Allah tidak akan memerintahkan untuk menjaga kesucian dan menunggu sampai tiba waktunya dimudahkan baginya urusan pernikahan.

Telah sama-sama diketahui bahwa Islam datang untuk memerintahkan perbuatan-perbuatan yang utama dan melarang perbuatan-perbuatan yang tercela. Islam datang untuk mewujudkan kemaslahatan hamba dan agar jalan hidup mereka menjadi teratur. Sebaliknya tidak diragukan lagi bahwa mut'ah akan mengacau kehidupan. Mut'ah menyebarkan kerosakkan yang tidak terkira.

Sesungguhnya merebaknya praktik mut'ah akan menjerumuskan umat pada meminjamkan kemaluan. Meminjamkan kemaluan artinya seorang lelaki akan memberi isteri atau ibunya kepada lelaki lain.

Sangat disayangkan fatwa-fatwa meminjamkan kemaluan ini banyak didengungkan oleh para ulama Syi'ah, seperti As Sistani, Sayyid Shadr, Asy Syairazi, Ath Thabathabai, Al Barwajardi. Kebanyakan mereka membolehkan para tamu meminjam isteri mereka jika tamunya tertarik dan dipinjamkan selama tamu menginap.

Merupakan kewajipan kita untuk memberi peringatan kepada orang-orang awam atas perbuatan keji ini, agar mereka tidak menerima fatwa para tokoh yang memperbolehkan perbuatan yang tidak bermoral dan keji ini.

Perkaranya tidak hanya berhenti sampai di sini, bahkan memperbolehkan melakukan sodomi kepada para wanita. Mereka meriwayatkan beberapa riwayat dan menisbatkannya kepada para imam.

Ihwal Khumus

Sesungguhnya khumus, seperlima harta yang harus dikeluarkan oleh orang-orang Syi'ah dari hasil usaha mereka, adalah sesuatu yang dieksploitasi dengan cara yang sangat buruk oleh para ahli fiqh dan mujtahid. Ia menjadi mata pencairan dan pemasukan para tokoh dan mujtahid dalam jumlah yang sangat besar, padahal nash syari'at menunjukkan bahwa kalangan awam orang-orang Syi'ah terbebas dari kewajipan membayar seperlima harta mereka.

Membayar khumus hukumnya sekadar mubah, dan tidak diwajibkan bagi setiap orang untuk mengeluarkannya. Mereka diperbolehkan menggunakan harta tersebut sebagaimana panggunaan harta lain atau penggunaan hasil usahanya.

Telah terjadi perlumbaan di antara para Sayyid dan mujtahid dalam memperoleh khumus. Oleh sebab itu mereka berusaha menurunkan persentase khumus yang diambil dari harta manusia dengan tujuan agar manusia berbondong-bondong menyetorkan khumusnya kepada mereka. Maka di antara mereka ada yang melakukan cara-cara setan.

Imam Khomeini adalah orang yang sangat kaya raya dengan khumus ini. Ketika di Iraq, kekayaannya berlimpah. Sehingga ketika berangkat ke Prancis dan tinggal di sana, dia memiliki tabungan berupa wang dinar Iraq di samping dolar Amerika yang didepositkan di bank Paris dengan bunga yang besar.

Di atas semua itu sesungguhnya silsilah dan keturunan adalah sesuatu yang dapat diperjual-belikan. Barangsiapa menginginkan keturunan yang terhormat yang disandarkan kepada ahlul bait, tidak ada jalan lain selain datang kepada saudara perempuannya atau isterinya untuk datang kepada Sayyid untuk nikah mut'ah dengannya atau dia membayar sejumlah wang sehingga dengan cara itu ia mendapat keturunan yang terhormat.

Inilah praktik yang tidak asing lagi di kota ilmu itu.

Aku teringat dengan sahabatku yang mulia, Ahmad Ash Shafi An Najafi. Aku mengenalnya setelah aku meraih gelar mujtahid, kami menjadi teman yang sangat kental walaupun umur berbeza jauh. Dia berkata kepadaku, "Anakku, Hussain,janganlah kamu kotori dirimu dengan khumus, kerana itu adalah harta yang haram."Kami terlibat diskusi yang intensif sampai aku yakin bahwa khumus adalah harta yang haram.

SYIAH SESAT - Kitab Suci AL-Quran Itu Palsu

Tapi yang paling berat dari penyimpangan Syi'ah adalah adanya kitab suci lain selain Al-Quran dan mengatakan bahwa Al-Quran itu palsu. Ketika membaca dan meneliti referensi kami yang mu'tabar, aku mendapatkan nama-nama kitab lain yang didakwa oleh para ulama kami bahwa semuanya diturunkan kepada Rasulullah SAW dan bahawa kitab-kitab itu dikhususkan untuk Ali RA. Kitab-kitab tersebut adalah Al-Jami'ah, Shahifah An Namus ,Shahifah Al-Abithah, Shahifah Dzuabah As-Saif, Shahifah Ali, Al-Jufr, Mushaf Fatimah, Al Quran.

Tentang mushaf Fathimah, dari Ali bin Said dan Abu Abdullah AS (Ja'afar As Shadiq), dia berkata,"Kami memiliki mushaf Fathimah, di dalamnya terdapat ayat dari kitabullah, dia menekankan kepada Rasulullah dan keluarganya dan ditulis langsung oleh Ali dengan tangannya."(Bihar Al Anwar,26/48).

Jika kitab itu didiktekan oleh Rasulullah dan ditulis oleh Ali, mengapa beliau menyembunyikan dari umatnya? Allah SWT berfirman, "Wahai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, bererti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya...."(QS Al-Maidah:67).

Tentang Al-Quran, sepakat ulama dan mujtahid kami bahwa Al-Quran satu-satunya kitab yang telah berubah di antara kitab yang diakui oleh Syi'ah. Al-Muhaddiths An-Nuri Ath-Thibrisi telah menghimpun semua dalil dan bukti atas terjadinya perubahan yang besar-besaran di dalam Al-Quran dalam kitabnya yang ia beri nama Pemutus dalam Menetapkan Terjadinya Perubahan dalam Kitab Tuhan segala tuhan (Fashlu al-khithab fi Ittsbati Tahrif Kitabi Rabbi Al-Arbab).

Dalam kitabnya dia telah menghimpun seribu riwayat yang menyatakan telah terjadinya perubahan. Dia menghimpun perkataan para ahli fiqh dan para ulama Syi'ah yang menyatakan secara terus-terang bahwa Al-Quran yang berada di tangan manusia pada hari ini telah berubah dari aslinya.

Al-Quran yang hakiki adalah Al-Quran yang ada pada Ali dan para imam sesudahnya hingga ia akan berada pada Al-Qaim.

Oleh kerana itu, ketika menghadapi kematian, Imam Al-Khaui berwasiat kepada kami, para murid dan kadernya di hauzah, "Pegang teguhlah Al-Quran ini hingga munculnya Quran Fathimah."

Sesungguhnya perkara yang paling aneh dan menghairankan adalah bahwa semua kitab ini telah diturunkan dari sisi Allah dan dikhususkan bagi Imam Ali dan para imam sesudahnya tetapi itu semua tersembunyi dari umat. Jika kitab-kitab tersebut benar-benar dimiliki oleh Imam Ali, untuk apa disembunyikan?

Setelah berkelana dalam perjalanan yang sungguh meletihkan dan menyakitkan, apa yang perlu aku perbuat? Apakah aku harus tetap dalam kedudukan dan jabatan seperti sekarang ini serta mengeruk harta yang sangat banyak dari orang-orang yang tidak tahu apa-apa dan berfikiran sederhana atas nama khumus dan sumbangan dalam perayaan-perayaan lalu menaiki kereta mewah dan nikah mut'ah dengan wanita-wanita cantik? Ataukah aku harus meninggalkan kesenangan, menjauhi perbuatan-perbuatan haram dan memekakkan kebenaran kerana yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu.

Aku mengetahui bahwa Abdullah bin Saba' adalah seorang Yahudi yang mendirikan Madzhab Syi'ah dan aliran-aliran dalam islam. Dia menanamkan permusuhan dan kebencian di antara mereka setelah sebelumnya diikat oleh cinta kasih dan keimanan yang menyatukan hati mereka."Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar."(QS Al-Baqarah:9)

Setelah aku menerbitkan bukuku, Untuk Allah kemudian untuk Sejarah (Mengapa Saya Keluar Dari Syi'ah), keluarlah fatwa dari kota ilmu tentang pengkafiran diriku, pencabutan semua gelar keilmuanku. Semua hukum orang murtad dijatuhkan kepadaku, dan diharamkan bagi kalangan Syi'ah membaca bukuku.