Monday, 16 November 2015

SURAT RAJA MELAYU DAHULUKALA KEPADA KHALIFAH


Pemeluk Islam pertama di Nusantara

Islam di Nusantara

Sejarawan asal Italia, G. E. Gerini di dalam bukunya Futher India and Indo-Malay Archipelago, mencatat bahwa sekitar tahun 606-699M telah banyak masyarakat Arab, yang bermukim di Nusantara. 

Mereka masuk melalui Barus dan Aceh di Swarnabumi utara. Dari sana menyebar ke seluruh Nusaantara hingga ke China selatan. Sekitar tahun 625M, sahabat Rasulullah Ibnu Mas’ud bersama kabilah Thoiyk, datang dan bermukim di Sumatera. Di dalam catatan Nusantara, Thoiyk disebut sebagai Ta Ce atau Taceh (sekarang Aceh). (Sumber : Akar Melayu, Kerajaan Melayu Islam Terawal di Nusantara, Kesultanan Majapahit, Realitas Sejarah Yang Disembunyikan [Hermanus Sinung Janutama]). 

Berdasarkan catatan-catatan yang ada, mari kita coba mengungkap misteri, siapa sesungguhnya pemeluk Islam pertama asal Tanah Jawi. 

 1. Penganut Islam pertama, yang berasal dari Nusantara, kemungkinan adalah Para Leluhur Bangsa Aceh, yang ikut serta menghantar Ibnu Mas’ud ra. bersama kabilahnya. Di dalam buku Arkeologi Budaya Indonesia, karangan Jakob Sumardjo, diperoleh informasi, berdasarkan catatan kekaisaran Cina, diberitakan tentang adanya hubungan diplomatik dengan sebuah kerajaan Islam Ta Shi di Nusantara. Bahasa Cina menyebut muslim sebagai Ta Shi. Ia berasal dari kata Parsi Tajik atau kata arab untuk Kabilah Thayk (Thoiyk). Kabilah Thoiyk ini adalah kabilahnya Ibnu Mas’ud r.a, salah seorang sahabat Nabi, seorang pakar ilmu Alquran (Sumber : Arkeologi Semiotik Sejarah Kebudayaan Nuswantara). 

2. Penguasa Nusantara, yang pertama memeluk Islam adalah Raja Sriwijaya yang bernama Sri Indravarman. Pada sekitar awal abad ke 8, orang-orang Persia Muslim mulai berdomisili di Sriwijaya akibat mengungsi dari kerusuhan Kanton. Dalam perkembang selanjutnya, pada sekitar tahun 717 M, diberitakan ada sebanyak 35 kapal perang dari dinasti Umayyah dengan hadir di Sriwijaya, dan semakin mempercepat perkembangan Islam di Sriwijaya (Sumber : Sejarah Umat Islam; Karangan Prof. Dr. HAMKA). 

Ditenggarai karena pengaruh kehadiran bangsa Persia muslim, dan orang muslim Arab yang banyak berkunjung di Sriwijaya, maka raja Srivijaya yang bernama Sri Indravarman masuk Islam pada tahun 718M (Sumber : Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang; Karangan H Zainal Abidin Ahmad, Bulan Bintang, 1979). Sehingga sangat dimungkinkan kehidupan sosial Sriwijaya adalah masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat masyarakat Buddha dan Muslim sekaligus. 

Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Syiria. Bahkan disalah satu naskah surat adalah ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720M) dengan permintaan agar kholifah sudi mengirimkan da’i ke istana Srivijaya (Sumber : Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nsantara abad XVII & XVIII; Karangan Prof. Dr. Azyumardi Azra MA) (Sumber : Wikipedia : Kerajaan Melayu Kuno dan Hadits Nabi, Negeri Samudra dan Palembang Darussalam). 3. Penduduk pulau Jawa, yang pertama memeluk Islam adalah Pangeran Jay Sima (Suku Jawa) dan Rakeyan Sancang (Suku Sunda). Pangeran Jay Sima… 

Hubungan komunikasi antara tanah Jawa dan Jazirah Arab, sudah terjalin cukup lama. Bahkan di awal Perkembangan Islam, telah ada utusan-utusan Khalifah, untuk menemui Para Penguasa di Pulau Jawa. Pada tahun 654M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan, beliau mengirimkan utusannya Muawiyah bin Abu Sufyan ke tanah Jawa, yakni ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). 

 Kalingga pada saat itu, di pimpin oleh seorang wanita, yang bernama Ratu Sima. Dan hasil kunjungan duta Islam ini adalah, Pangeran Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam (Sumber : Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang; Karangan H Zainal Abidin Ahmad, Bulan Bintang, 1979). ( Sumber : Islam di Indonesia dan Jemaah Haji, Tempo Doeloe) Rakeyan Sancang… Mengenai siapa pemeluk Islam pertama di tataran Sunda, menurut Pengamat sejarah Deddy Effendie, adalah seorang Pangeran dari Tarumanegara, yang bernama Rakeyan Sancang. Rakeyan Sancang disebutkan hidup pada masa Imam Ali bin Abi Thalib. 

Rakeyan Sancang diceritakan, turut serta membantu Imam Ali dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta ikut membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) (Sumber : Islam masuk ke Garut sejak abad 1 Hijriah dan Jemaah Haji, Tempo Doeloe). WaLlahu a’lamu bishshawab


Surat Raja Sriwijaya kepada Khalifah


Berikut kutipan dari buku Al-Iqdul Farid,
Nuaym ibn Hammad said, “The king of India sent a letter to Umar ibn Abd al-Aziz, in which he said, ‘From the king of kings who is the son of a thousand kings and is married to the daughter of a thousand kings, in whose stables are a thousand elephants, who has two rivers that grow aloe-wood, aloes, coconuts, and camphor, whose scent is perceptible at a distance of twelve miles – to the king of the Arabs who does not attribute partners to God. After this exordium, I am sending you a gift that is not a gift but a greeting. I would like you to send me a man who would teach me Islam and explain it to me. And peace be to you.’ By gift, he meant the letter

Tercatat Raja Sriwijaya Sri indrayana pernah dua kali mengirimkan surat 

kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I,

Bagian pembukaan dari surat pertama dikutip oleh al Jahiz dalam bukunya Kitab al Hayawan (Buku Fauna) berdasarkan 3 rantai isnad. 

Kutipan surat itu berbunyi....


"(Dari Maha Raja) - yang istalnya berisi ribuan gajah, istananya berkilau emas dan perak, dilayani oleh ribuan puteri raja, yang menguasai dua sungai yang mengairi gaharu - untuk Muawiyah" 


Muawiyah 1 sendiri hidup sekitar tahun 661H pada masa itu tercatat oleh sejarawan malaisya s.fatimi.


 Dan untuk surat yang  ke-2 di kirimkan kepada khilafah Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid.Umar bin abdul aziz adalah khalifah yang mampu mensejahteraan kaum muslimin selama 2 tahun saja. Karena Masyarakat tidak ada yang merasa berhak untuk menerima zakat.


Potongan surat tersebut berbunyi:


“Dari Rajadiraja…; yang adalah keturunan seribu raja … kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.” [Wikipedia]



S.Fatimi memperkirakan surat-surat itu diterima Kalifah sekitar tahun 100H/717,

Sederhananya adalah ketika rraja sriwijaya mengirimkan surat itu adalah dalam kondisi masyarakat yang masih menganut hindu dan kepercayaan yang lain seperti dinamisme,animisme atau mungkin pemujaan bernuansa supranatural.

Ada kemungkinan bahwa kejadian ini sebagai titik awal islam masuk ke indonesia meskipun juga bahwa raja Indrayana tahu tentang islam beserta pemerintahannya lantaran memang ada para pedagang timur tengah berdagang di kerajaan sriwijaya.


Keberadaan surat ini...


Dalam buku yang sama, mengutip MD Mansoer (1970:45), surat yang dimaksud sekarang masih tersimpan dengan baik di Museum Madrid di Spanyol.Jadi untuk Teks asli surat Raja Sriwijaya kepada khalifah masih belum mencuat ke publik..karena kalau informasi ini benar maka satu-satunya cara adalah kita bisa mendapatkannya di Museum Madrid spanyol.


Seperti itulah sejarah yang memang masih perlu penelusuran lebih untuk membuktikan 

Menelusuri Jejak Surat Raja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Saya mengetahui adanya dugaan korespondensi antara Raja Sriwijaya, Sri Indrawarman dengan Khalifah Umar dari artikel biografi mengenai Umar bin Abdul Aziz yang saya baca di wikipedia. Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860940) dalam karyanyaAl-Iqdul Farid.
Saya melakukan penelusuran di dunia maya dan berusaha mencari artikel terkait hal tersebut. Saya menemukan semacam artikel yang banyak di-copy-paste begitu saja, dari blog ke blog, dan salah satunya ada di Kompasiana. Dari artikel yang ada saya menemukan dua nama rujukan, yaitu S Fatimi, seorang sejarawan Malaysia yang menulis dan dikutip oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Islam Nusantara. Azyumardi menyatakan bahwa ada dua buah surat yang kemungkinan besar ditulis oleh Raja Sriwijaya untuk Kalifah Arab. Karena tidak mendapatkan buku Islam Nusantara yang dimaksud, saya meneruskan penelusuran di dunia maya dan menemukan buku Sejarah dan Tamadun Bangsa Melayu yang ditulis oleh Ahmad Jelani Halimi.
Buku yang disebut terakhir memberikan beberapa pencerahan bagi saya mengenai surat sang Raja Sriwijaya. Dalam karya yang saya sebutkan sebelumnya yaitu buku  Al-Iqdul Farid disebutkan ada raja India (saya sendiri sudah membaca bagian tersebut) yang mengirim surat kepada Khalifah Umar. Berikut kutipan dari buku Al-Iqdul Farid,
Nuaym ibn Hammad said, “The king of India sent a letter to Umar ibn Abd al-Aziz, in which he said, ‘From the king of kings who is the son of a thousand kings and is married to the daughter of a thousand kings, in whose stables are a thousand elephants, who has two rivers that grow aloe-wood, aloes, coconuts, and camphor, whose scent is perceptible at a distance of twelve miles – to the king of the Arabs who does not attribute partners to God. After this exordium, I am sending you a gift that is not a gift but a greeting. I would like you to send me a man who would teach me Islam and explain it to me. And peace be to you.’ By gift, he meant the letter.
Dari buku edisi terjemahan bahasa Inggris tersebut hanya disebutkan Raja India, tidak spesifik menyebut nama Sriwijaya atau nama Sri Indrawarman. Namun Ahmad Jaelani dengan mengutip SQ Fatimi menafsirkan bahwa raja India yang dimaksud adalah Sri Indrawarman sang raja Sriwijaya. Dalam buku yang sama, mengutip MD Mansoer (1970:45), surat yang dimaksud sekarang masih tersimpan dengan baik di Museum Madrid di Spanyol.
Saya mencoba mencari Museum yang dimaksud melalui internet. Namun karena kesulitan dalam bahasa dan lain-lain, saya belum bisa memastikan surat yang dimaksud, apakah benar masih disimpan di sana. Hal yang lebih penting lagi adalah, apakah benar surat tersebut berasal dari Raja Sriwijaya? Saya berharap Allah SWT memberi kesempatan untuk berkunjung ke Museum tersebut (sekalian jalan-jalan :)) dan memastikan isi surat tersebut (itupun kalau saya bisa baca  aksaranya :p).
Dari sini, saya mengambil kesimpulan, dengan melihat timeline sejarah Bani Umayyah dan Sriwijaya memang ada kecocokan waktu. Terlebih lagi dari catatan yang lain, salah satunya catatan Itsing dan Ibn Batutah banyak diketahui catatan mengenai aktivitas perdagangan antar “negara” di masa lampau di perairan Sumatra-Melayu. Sayangnya saya cenderung menahan diri untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa surat tersebut berasal dari Sriwijaya. Hal ini mengingat bahwa salah satu sumber utama mengatakan bahwa surat berasal dari Raja India, yang berarti tidak menutup kemungkinan adalah Raja India di Hindustan sendiri.
Rujukan
Al Iqdul Al Farid halaman 60
http://sejarah.kompasiana.com/2011/09/13/surat-raja-sriwijaya-untuk-kalifah/

Sriwijaya Pintu Masuk Islam Ke Nusantara

Nusantara adalah KEPULAUAN MELAYU yang memiliki penganut Islam terbesar di dunia.
Berdasarkan bukti-bukti historis, Islam telah berkembang di Nusantara, pada masa abad pertama hijriah. Dan bukan hal yang mustahil, apabila Rasulullah pernah mengirimkan surat dakwah, yang ditujukan kepada Raja Sriwijaya.

Untuk membuktikan hal tersebut, mari kita ikuti, kronologis peristiwa sebagai berikut :

Tahun 625M
Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok menyebutkan, pada sekitar tahun 625M di pesisir pantai Sumatera, yang berada di dalam naungan Kerajaan Sriwijaya, telah berdiri sebuah perkampungan Arab.

Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, sementara dari Prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang Jayanasa.

Diperkirakan pada sekitar tahun 500, akar cikal bakal Kerajaan Sriwijaya sudah mulai berkembang di sekitar wilayah Bukit Siguntang.

Dan masa ke-emasan Sriwijaya, sebagai negara maritim terbesar di Asia Tenggara, terjadi pada abad ke-9 M. Pada masa itu, Sriwijaya telah menguasai di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam dan Filipina.
Sriwijaya juga men-dominasi Selat Malaka dan Selat Sunda, yang menjadikan-nya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal (Sumber : Hadits Rasulullah, Negeri Samudra dan Palembang Darussalam).
ADVERTISEMENT
Tahun 1 H
Peristiwa Hijrah

Permulaan tahun Hijriah secara umum dihitung, bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 Masehi.
Add caption

Tahun 6 H 

Dalam masa damai, setelah perjanjian Hudaibiyah tahun 6H, Rasulullah SAW memperkenalkan Islam melalui surat yang beliau kirimkan, kepada para penguasa, pemimpin suku, tokoh agama nasrani, dan sebagainya.

Melalui seruan dakwah yang memikat, dengan cara-cara yang santun, telah banyak membawa keberhasilan bagi jalan dakwah beliau.
Surat-surat Rasulullah SAW itu dibawa oleh orang-orang kepercayaan beliau di antaranya sebagai berikut
o Dihial bin Kalbi diutus kepada Kaisar Romawi.
o Abdullah bin Huzafah diutus kepada Kisra Persia.
o Hatib bin Abi Balta’ah diutus kepada Gubernur Mesir, yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Romawi.
o ‘Amar bin Umayyah diutus kepada Raja Etiopia.
o Syuja’ bin Wahab diutus kepada Pageran Ghassan.
o Hauzah bin ‘Ali Hanafi diutus kepada penguasa Yamamah.
Tahun 11 H
Nabi Muhammad wafat, kemudian dilanjutkan masa Khulafa’ur Rasyidin.


Tahun 48 H 
Ditemukan beberapa makam Sahabat Nabi Muhammad SAW di Nusantara. Salah satu yang paling terkenal adalah makam Syeikh Rukunuddin di Barus (Fansur), Sumatera Utara. Pada makamnya tertulis bahwa beliau wafat pada tahun 48 H. Tidak diketahui siapa nama Syeikh Rukunuddin sebenarnya, tapi dari tanggal wafatnya kita bisa mengatakan bahwa kemungkinan beliau adalah salah sorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu orang yang hidup sezaman dan berjumpa dengan beliau. Para sahabat dan tabiin telah memulai gelombang awal sejarah Islam di Bumi Nusantara.


Add caption

 

Tahun 100 H 

Pada tahun 100 Hijriyah (718 Masehi) Maharaja Sriwijaya bernama Sri Indrawarman mengirimkan sepucuk surat kepada Kalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Umayyah yang berisi permintaan kepada Khalifah untuk mengirimkan ulama yang dapat menjelaskan ajaran dan hukum Islam kepadanya.

Surat ini bukanlah berarti bahwa raja Sriwijaya ini telah memeluk agama Islam, melainkan hanya menunjukkan hasrat Sang Raja untuk mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari berbagai rakan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni Tiongkok, India, dan Timur Tengah sementara Ibn Abd Al Rabbih di dalam karyanya Al Iqd al Farid pula, yang dikutip oleh Azyumardi Azra dalam bukunya “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII’ menyebutkan adanya korespodensi antara raja Sriwijaya (Sri Indravarman) dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. 

Pada sekitar tahun 100 H , Raja Sriwijaya berkirim surat yang isi surat tersebut adalah :

دري راج د راج ﴿ماليکالعاملق﴾ يڠ اداله کتورونن سريبو راج; يڠ استريڽ جوݢ چوچو سريبو راج; يڠ د دالم کندڠ بيناتڠڽ ترداڤت سريبو ݢاجه; يڠ د ولايهڽ ترداڤت دوا سوڠاي يڠ مڠايري ڤوهون ݢهارو، بومبو-بومبو ويواڠين، ڤالا دان کاڤور باروس يڠ سمربق واڠيڽ هيڠݢ منجڠکاو جارق 12 ميل; کڤد راج عرب يڠ تيدق مڽکوتوکن توهن-توهن لاين دڠن الله.
ساي تله مڠيريمکن کڤد اندا هديه، يڠ سبنرڽ مروڤاکن هديه يڠ تق بݢيتو باڽق، تتاڤي سکدر تندا ڤرساهابتن. ساي ايڠين اندا مڠيريمکن کڤد ساي سساورڠ يڠ داڤت مڠاجرکن اسلام کڤد ساي دان منجلسکن کڤد ساي تنتڠ حکوم-حکومڽ
“   
    

”Dari Raja di Raja (Malik al Amlak) yang adalah keturunan seribu raja; yang isterinya juga cucu seribu raja; yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil; kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah.

Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya”


Dari Kronologis di atas, kita bisa dapatkan beberapa kemungkinan peristiwa sejarah (Alternatif Historis) :
1. Surat dakwah yang disebarkan Rasulullah ke seluruh pelosok negeri, bisa jadi ada yang ditujukan kepada Raja Sriwijaya. Mengingat telah adanya hubungan perdagangan antara Sriwijaya dengan bangsa Arab, yang ditandai dengan keberadaan perkampungan Arab di Sriwijaya, tahun 625M.


2. Dakwah ke Nusantara, semakin intensif dilakukan pada masa Khalifah Muawiyah I. Dan tidak menutup kemungkinan Syeikh Rukunuddin, adalah salah seorang sahabat Rasulullah, yang dikirim Bani Umayyah, untuk menjadi salah seorang juru dakwah di Nusantara.

3. Ketika masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Islam sudah sangat dikenal. Kuat dugaan, Raja Sriwijaya (Sri Indravarman), adalah seorang Muslim. Dan beliau sangat berkeinginan untuk mempelajari Islam secara lebih mendalam.

WaLlahu a’lamu bishshawab


AMUKANMelayu - Kenali sejarah KENALLAH BANGSANYA, HAPUSKAN sejarah.....maka terhapuslah BANGSANYA