BAHAGIAN 1
ISLAM DALAM MEMILIH PEMIMPIN
KONSEP ISLAM DALAM MEMILIH PEMIMPIN
Para
calon pemimpin, baik yang akan mempamirkan diri sebagai pemimpin
terbaik yang layak dipilih masyarakat untuk membawa, agama, bangsa dan
negara maju dan makmur di masa depan. Bagaimanakah Islam memandang tentang Pemimpin dan Kepemimpinan, serta seperti apakah pemimpin yang baik itu?
Pemimpin Dalam Pandangan Islam
Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peranan manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk setiasa mengabdi dan beribadah kepada- Nya.
Allah berfirman:
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerosakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah:
30)
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzaariyaat: 56)
Rasulullah SAW. bersabda:
Dari
Abdullah bin Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda:“Masing-masing kamu adalah pemimpin yang akan dimintai
pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir (Presiden) yang
memimpin masyarakat adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung
jawaban kepemimpinannya atas mereka.Seorang laki-laki (suami) adalah
pemimpin atas ahli (keluarga) di rumahnya, dia akan dimintai pertanggung
jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang perempuan(isteri) adalah
pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dia akan dimintai
pertanggung jawabkan kepemimpinannya atas mereka. Seorang hamba adalah
pemimpin atas harta tuannya, dia akan dimintai pertanggung jawabkan
kepemimpinannya atas harta itu. Ketahuailah masing-masing kamu adalah
pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggung jawabkan
kepemimpinan atas yang dipimpinnya”. (HR.Bukhari)
Dalam implementasinya, pemimpin terbagi dua:
Pertama, pemimpin yang dapat memimpin sesuai dengan apa yang diamanatkan Allah dan Rasul-Nya dan
Kedua, pemimpin yang bertanggung jawab atas amanat Allah dan Rasul-Nya.
Firman Allah:
Dan
Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah, Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka
menyakini ayat-ayat Kami. (As-Sajdah: 24)
Dan
Kami jadikan mereka (Firaun dan bala tentaranya) pemimpin-pemimpin yang
menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan
ditolong.(Al-Qashash: 41)
Kriteria Pemimpin Dalam Islam
Banyak
sekali ayat al-Qur’an dan Hadis menyebutkan bagaimana hendaknya setiap
orang yang Nabi katakan sebagai pemimpin baik bagi diri dan keluarganya,
dan terlebih mereka yang menyatakan diri siap sebagai pemimpin bagi
masyarakat, bersikap dan berperilaku dalam kehidupan mereka sehari-hari,
di antaranya adalah:
1.Mengajak Bertaqwa Kepada Allah
“Kami
telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka
mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan
hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.” (Al-Anbiya’: 73)
“Dan
Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka
meyakini ayat-ayat Kami.” (As-Sajdah: 24)
2.Adil Kepada Semua Orang Dan Tidak Pandang Bulu
“Hai
Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di
mukabumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan
Allah akan mendapat azab yang berat, kerana mereka melupakan hari
perhitungan.” (Shad: 26)
“Wahai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi kerana Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka
Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu kerana ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan.” (An-Nisa’: 135)
3.Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka;
diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (Al- Imran: 110)
4.Menjadi Suri Tauladan Yang Baik Bagi Masyarakat
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab: 21)
5.Mendorong Kerja Sama Dalam Memperjuangkan Kesejahteraan Bersama
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
(Al-Maidah: 2)
6.Mengukuhkan Tali Persaudaraan dan Kesatuan dan Persatuan
“Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu,lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali Imran: 103)
7.Akomodatif,
Pemaaf, Merangkul Semua Golongan dan Mengedepankan Musyawarah Dalam
Setiap Mengambil Keputusan Penting Untuk Masyarakat
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerana itu ma`afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yangbertawakkal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159)
8.Jujur dan Amanat
“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.” (An-Nisa’ : 58)
Nabi SAW. bersabda:
Dari
Abu Hurairah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Tiga
golongan,Allah tidak akan berbicara, mensucikan dan melihat kepada
mereka, dan bagi merekalah siksa yang pedih; orang tua pezina, pemimpin
yang suka bohong dan orang miskin yang sombong.(HR. Muslim).
9.Berwawasan Dan Berpengetahuan Luas dan Mencintai Ilmu Pengetahuan
“Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mujadilah: 11)
10.Teguh Pendirian, Tegar dan Sabar Dalam Menghadapi Ujian
“Maka
tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu
dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.”(Huud: 112)
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar.” (Al-Ahqaf: 35)
Tanggung Jawab Pemimpin
Begitu
berat tanggung jawab setiap pemimpin, ia harus siap dan dapat
mewujudkan perilaku yang termuat dalam kriteria di atas dalam hidup
kesehariannya.Sehingga tercipta suatu keadaan dimana pemimpin mencintai
dan memperjuangkan kepentingan rakyat, dan kerananya semua rakyat pun
mencintai dan mendukung kepemimpinannya.
Rasulullah bersabda:
Dari
Auf bin Malik al-Asyja’i ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah
SAW.bersabda: “Sebaik-baik pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua
mencintainya dan mereka semua mencintaimu, kamu semua mendoakan
kesejahteraan buat mereka, dan mereka mendoakan kesejahteraan buat kamu.
Dan seburuk-buruk pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua
membenci mereka dan mereka membenci kamu, kamu semua melaknati mereka
dan mereka melaknati kamu”. Kami bertanya: “Ya Rasulullah apakah tidak
sebaiknya kita singkirkan mereka? Rasulullah menjawab: “Jangan, selama
mereka masih mendirikan shalat. Ketahuilah, barang siapa yang diberi
kekuasaan, lalu masyarakat melihatnya menjalankan suatu perbuatan yang
bermaksiat kepada Allah, hendaklah masyarakat membenci perbuatan
penguasa yang bermaksiat ke pada Allah itu, dan janganlah ia menarik
diri dari ketaatan (pada yang baik). (HR. Muslim, Ahmad, dan Ad-Daromi).
Kerana
beratnya menciptakan keadaan kepemimpinan seperti di atas, Rasulullah
SAW. melarang sahabatnya meminta-minta untuk menjadi pemimpin, khuatir
sulit merealisasikan tanggung jawab ini.
Rasulullah SAW. bersabda:
Dari
Abdurrahman bin Samrah berkata; telah bersabda Nabi SAW.: “Wahai
Abdurrahman bin Samrah, janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin,
kerana sesungguhnya, jika engkau diberi jabatan kerana meminta maka
engkau akan dibebani sebagai wakil atas jabatan itu, dan jika diberi
jabatan dengan tanpa meminta, maka engkau akan ditolong dalam
menjalankan tugas itu. Dan jika engkau bersumpah, lalu engkau melihat
bahwa yang berlawanan dengan sumpah itu lebih baik, maka bayarlah
kifarat atas sumpahmu, dan kerjakanlah apa yang engkau pandang lebih
baik”. (HR.Bukhari).
Dalam
melaksanakan tanggung jawabnya, pemimpin hendaknya ikhlas dalam rangka
beribadah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berkomitmen untuk tidak
mengkhianati amanat yang diberikan kepadanya. Ia tidak boleh
melakukan rasuah, subahat dan mementingkan kroni-kroni yang mencacatkan
atau merosakan tanggung jawab yang harus dipikulnya.
Rasulullah SAW. bersabda:
Dari
Abi Hurairah RA. Berkata: “Rasulullah SAW. melaknat penyuap dan
penerima suap dalam perkara hukum” HR. Ahmad dan al-Arba’ah. Imam
Tarmidzi menganggap hadis ini hasan, dan Ibn Hiban menganggapnya sahih.
Dari
Abi Hamid as Sa’idi sesungguhnya Rasullah SAW. mengangkat seorang
pegawai, lalu selesai melaksanakan tugas datang mendatangi Rasulullah
dan berkata:“Ya Rasulullah, harta ini untukmu (bahagian Negara) dan
yang ini adalah hadiah yang aku terima”. Lalu Rasulullah bersabda
kepadanya: “Mengapa engkau tidak duduk saja di rumah bapak dan
ibumu,lalu engkau tunggu apakah engkau akan diberi hadiah ataukah
tidak?!”. Kemudian selesai menunaikan shalat Isya’bersabda Rasulullah
SAW.:“Amma ba’du, Ada apa dengan pegawai yang telah aku angkat ini, ia
datang menemui kita dan berkata: “Harta ini bahagianmu (milik Negara),
dan yang ini sebagai hadiah untukku”, Mengapa ia tidak duduk saja di
rumah bapak dan ibunya, lalu ia menunggu apakah ada yang akan memberinya
hadiah atau tidak?, Sungguh demi Dzat yang jiwaMuhammad ada dalam
genggaman-Nya!, Janganlah salah seorang diantara kamu menyalahgunakan
dari harta itu sedikitpun, kecuali ia akan datang pada hari kiamat
dengan memikul harta itu, kalau harta itu berupa unta ia akan meringkik,
kalau berupa sapi ia akan mengemoo, kalau ia berupa kambing, ia akan
mengembek, aku telah menyampaikan berita ini”. Berkata Abu Hamid: Lalu
Rasulullah menganglat tangannya,sehingga kami dapat melihat putih
ketiaknya. (HR. Bukhari).
Kewajiban Rakyat Terhadap Pemimpin
Sebagai
rakyat tugasnya adalah taat kepada perintah pemimpin sepanjang perintah
itu dalam rangka mewujudkan tanggung jawabnya yang terkandung dalam
kriteria disebutkan di atas tadi, yakni dalam upaya melaksanakan
perintah Allah dan Rasul-Nya.
Allah SWT. Berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (An-Nisa’: 59)
Batas
ketaatan rakyat terhadap pemimpinnya adalah rakyat wajib mentaati semua
perintah pemimpin selama pemimpin itu memerintahkan taqwa kepada Allah,
sedangkan bila perintah itu untuk bermaksiat kepada Allah, maka gugurlah kewajiban untuk mentaatinya, dan muncul kewajiban baru yaitu nahi munkar ialah mencegah pemerintah dari menjalankan perbuatan maksiat tersebut.
Rasulullah SAW. bersabda:
Dari
Ali RA. berkata: (Suatu hari ) Nabi SAW. mengutus bala tentera dan
mengangkat seorang laki-laki Ansar sebagai komandan, dan Nabi
memerintahkan kepada seluruh bala tentara untuk mentaati sang komandan.
Suatu saat sang komandan marah kepada prajuritnya dan berkata: "Bukankah
Nabi SAW. memerintahkan kalian semua untuk taat kepadaku?". Para
prajurit menjawab: "Benar, komandan!". Komandan berkata: "Aku
perintahkan kamu semua untuk mengumpulkan kayu bakar, lalu bakar ia
dengan api, setelah itu masuklah kamu semua ke dalamnya!". Lalu para
prajurit mengumpulkan kayu bakar dan menyalakannya. Tatkala mereka
bermaksud untuk memasukinya, berdirilah setiap prajurit saling memandang
diantara mereka, berkata sebahagian prajurit: "Sesungguhnya kita semua
mengikuti Nabi SAW. kerana kita berlari dari api (neraka), apakah kita
sekarang akan memasukinya?". Manakala mereka dalam keadaan demikian,
padamlah api tadi, dan hilanglah marah sang komandan. Lalu kejadian itu
dicertikan kepada Nabi SAW. dan Nabi bersabda: "Andaikan saja kamu semua
memasuki api itu, pasti kamu tidak akan pernah keluar selamanya (mati
dan masuk neraka). Sesungguhnya ketaatan kepada pemimpin itu adalah
dalam hal yang Ma'ruf". (HR. Bukhari)
Allah berfirman: Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, (Asy-syuara: 151)
Petunjuk Allah Dalam Memilih Pemimpin
Kerana
alasan ini, kini saatnya kita berhati-hati untuk menentukan pilihan
pemimpin yang dapat memenuhi kriteria di atas, dengan memperhatikan
petunjuk Allah dalam memilih pemimpin, ialah:
Pilihlah Pemimpin Yang Seakidah dan Memenuhi Kriteria Pemimpin
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim. (Al-Maidah: 51)
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu,
orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu)
di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan
orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada
Allah jika kamu betul-betul orang-orang yangberiman. (Al-Maidah: 57)
2. Pilihlah
Pemimpin Yang Mengajak Bertaqwa Kepada Allah dan Jangan MemilihPemimpin
Yang Mendorong Bermaksiat Kepada-Nya Meskipun Ia Keluarga Kita.
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan
saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan
kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka
pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(At-Taubah: 23).
Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan penyesalan dikemudian hari.
Dan mereka berkata:
"Ya
Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta'ati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang
benar). (Al-Ahzab: 67)
BAHAGIAN 11
Kita lupakan dahulu cerita spender, kita lupakan dulu cerita liwat, kita lupakan dulu cerita berzina.. jangan lebihkan kepentingan undi dengan menafikan kepentingan akidah...
1. PERINGATAN dari Allah
Juzuk : 4 | Surah : AN-NISAA' | No. Surah : 4 | Ayat : 139 |
Profil Surah : |
Terjemahan Dalam Bahasa Malaysia Tafsiran Ar-Rahman |
Kaligrafi
| Ayat Surah | ||
(Iaitu)
orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman rapat dengan
meninggalkan orang-orang yang beriman. Tidaklah patut mereka
(orang-orang munafik) mencari kekuatan dan kemuliaan di sisi orang-
orang kafir itu, kerana sesungguhnya kekuatan dan kemuliaan itu semuanya
ialah milik Allah, (diberikan- nya kepada sesiapa yang dikehendakiNya). | ||||
Terjemahan Dalam Bahasa Inggeris Tafsiran Abdullah Yusuf Ali | ||||
Yea, to those who take for friends Unbelievers rather than Believers: is it honour they seek among them? Nay,- all honour is with Allah. |
Surah An-Nisaa' ayat 139
(iaitu)..orang orang yang mengambil orang orang kafir menjadi teman rapat dengan meninggalkan orang orang yang beriman. TIDAKLAH PATUT mereka (orang orang munafik) mencari kekuatan dan kemuliaan disisi orang orang kafir itu, kerana sesungguhnya kekuatan dan kemuliaan itu semuanya milik Allah (diberikannya kepada sesiapa yang dikehendakiNya)
2. LARANGAN dari Allah..
Juzuk : 4 | Surah : AN-NISAA' | No. Surah : 4 | Ayat : 144 |
Profil Surah : |
Terjemahan Dalam Bahasa Malaysia Tafsiran Ar-Rahman |
Kaligrafi
| Ayat Surah | ||
Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir
menjadi teman rapat dengan meninggalkan orang-orang yang beriman. Adakah
kamu hendak mengadakan alasan yang terang nyata bagi Allah untuk
(menyeksa) kamu? | ||||
Terjemahan Dalam Bahasa Inggeris Tafsiran Abdullah Yusuf Ali | ||||
O ye who believe! Take not for friends unbelievers rather than believers: Do ye wish to offer Allah an open proof against yourselves? |
Surah An-Nisaa' ayat 144
Wahai orang orang yang beriman JANGANLAH kamu mengambil orang orang kafir menjadi teman rapat dengan meninggalkan orang orang yang beriman. Adakah kamu hendak mengadakan alasan yang terang nyata bagi Allah untuk (menyeksa) kamu?Dua ayat ini sepatutnya sudah cukup menyedarkan kita orang orang Islam terutama golongan Melayu dalam PAS akan PERINGATAN DAN LARANGAN Allah terhadap golongan kafir khasnya DAP .. terimalah hakikat bahawa perjuangan DAP amat jelas menentang Islam...
Nabi bersabda; "Selain daripada Dajjal ada satu perkara yang sangat aku bimbangkan".
Lalu ada orang yang bertanya; Apakah itu wahai Rasulullah?
"Mereka ialah Ulama Jahat"...hadis riwayat Ahmad daripada Abu Daud.
Dajjal itu tujuannya jelas untuk menyesatkan manusia tetapi ulama jahat ini walaupun lidahnya pandai memaling orang lain dari cinta dunia, namun amal dan perbuatan mereka adalah mengajak orang lain membuat kejahatan kerana amalan seseorang itu lebih berkesan dari percakapannya.
Maka apa yang dapat dirosakkan oleh ulamak jahat ini dengan perbuatan mereka adalah lebih banyak daripada apa yang dapat dibaikkan oleh lidah mereka.
Rasullulah saw bersabda maksudnya: "Di akhir zaman ramai ulama su' (jahat)."
Daripada Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW. hersabda;
“Akan timbul di akhir zaman orang-orang yang mencari keuntungan dunia dengan menjual agama. Mereka menunjukkan kepada orang lain pakaian yang dibuat daripada kulit kambing (berpura-pura zuhud dari dunia) untuk mendapat simpati orang ramai, dan percakapan mereka lebih manis daripada gula. Padahal hati mereka adalah hati serigala (mempunyai tujuan-tujuan yang jahat)”.
Allah SWT. Berfirman kepada mereka;
"Apakah kamu tertipu dengan kelembutan Ku? Ataukah kamu terlampau berani berbohong kepada Ku? Demi kebesaran Ku, Aku bersumpah akan menurunkan suatu fitnah yang akan terjadi di kalangan mereka sendiri, sehingga orang yang alim (cendikiawan) pun akan menjadi bingung (dengan sebab fitnah itu)". H.R Termizi
SIAPA SAUDARA KAMU? - Kita tetap bersaudara walau pun kita berbeza PENDAPAT
FIKIRKAN SEJENAK - JIKA MAJLIS RAJA-RAJA TIDAK MENGHARAMKAN FATWA INI, ADAKAH PAS JUGA KINI MENJADI KAFIR?
Asri bertanya kepada Mat Nor: “Boleh tak Umno bekerjasama dengan kafir MCA dan MIC?” Mat Nor bertanya balik: “Apakah kerjasama itu untuk keamanan?” Maka pemimpin Pas menjawab: “Umno nak jual bangsa, nak jual agama, bukan kerana keamanan.” Dengan itu, Dewan Ulama Pas pun berfatwa, "AHLI UMNO KAFIR". Majlis Raja-Raja Melayu mengharamkan fatwa itu tetapi kesan pengkafiran itu telah menular walaupun Umno dan Perikatan memenangi Pilihan Raya Umum 1965
AMUKANMELAYU - siapa pilihan anda? Tepuk dada tanya IMAN....baik buruknya, bahagian anda tetap ada di akhirat kelak.