Minggu, 15 September 2013
Buku : Melayu Hilang di Dunia
Penulis : Khalid Salleh
Penerbit : Rentak Positif Sdn Bhd, KL , 2011.
Tebal : 314 halaman
Khalid Salleh adalah budayawan dan aktor film maupun teater Malaysia, yang sering memerankan tokoh etnis Jawa , apalagi karena ia memang pernah nyantrik di Bengkel Teater WS Rendra.
Khalid Salleh bahkan pernah meraih aktor terbaik Festival Film Asia Pasifik ke 43 di Taipei sebagai pemeran imigran Jawa dalam film “Jogho” karya sutradara terkenal Malaysia generasi Garin Nugroho, yaitu U-Wei Haji Shaari.
Khalid Salleh juga suka menulis buku, yang kebanyakan dinilai keras dan kontroversial untuk ukuran Malaysia, yang memang lebih konservatif dibanding Indonesia. Dalam bukunya yang terbaru, “Melayu Hilang di Dunia”, Khalid Salleh menyoroti sejarah Nusantara dari sudut pandang nasib rumpun Melayu seluruh Nusantara, dengan penekanan pada Melayu Malaysia.
Kesimpulan yang dia ambil adalah, para pemimpin Melayu Nusantara mempunyai dosa-dosa besar yang akibatnya menghancurkan nasib pribumi Nusantara sendiri sejak dulu hingga sekarang.
PRIBUMI YANG DIHANCURKAN
Nusantara dulu adalah kepunyaan pribumi Nusantara, dan itu meliputi Australia, Taiwan ( waktu masih bernama Formosa ), Kamboja, Thailand, Filipina, Ryukyu, dan banyak daratan Nusantara lainnya yang kini jatuh ke tangan bangsa asing.
Australia jatuh ke tangan bule kulit putih para narapidana buangan dari penjara Inggris. Formosa jatuh ke tangan China lalu diganti menjadi Taiwan. Kamboja-Laos-Vietnam dulu punya Melayu Nusantara bernama Champa, kini jatuh ke tangan China juga lalu di”china”kan. Filipina jatuh ke tangan Spanyol kemudian Amerika, lalu agama dan kebudayaannya di bule-kan full, meski wajah dan kulit mereka masih Melayu Nusantara . Ryukyu kini jatuh ke tangan Jepang dan dijepangkan, sisa-sisa Melayunya tinggal pada beberapa perkataan lokal misalnya “Matahari” dan sebagainya.
Semua itu, menurut Khalid Salleh, tentu karena kelemahan para pemimpin pribumi Nusantara zaman dulu, yang mudah menyerah kepada kejahatan para penjajah asing. Namun Khalid juga mencatat, perselisihan para pemimpin lokal Nusantara, menyumbang banyak kepada kelemahan Nusantara. Apalagi karena sebagian pemimpin Nusantara menjadi komprador yang berkhianat kepada bangsanya,lalu menjalin kerjasama dengan pemimpin penjajah, bahkan sampai sekarangpun hal semacam itu masih terjadi.
Yang masih agak baru adalah nasib Singapura. Dosa Sultan Hussein sebagai Raja Johor adalah menjual Singapura ( salah satu wilayah Johor ) kepada Inggris pada tahun 1824 seharga 33.200 dolar Spanyol.
Inggris lalu menghancurkan kehidupan pribumi Melayu dengan cara mengisi Singapura dengan imigran-imigran dari Cina dan India sebanyak-banyaknya, dan itulah bibit penyakit yang menghancurkan Singapura dan kini menjalar ke Malaysia.
Ketika Inggris memerdekakan Negeri-negeri Melayu, penyakit itu mulai menyeruak. Lee Kwan Yew mendirikan partai Cina ekstrem PAP, dan menghina Partai Cina MCA yang dianggapnya tempat puak Cina lemah dan menghamba kepada pribumi Melayu. Lee Kwan Yew memprovokasi orang-orang Cina dan India agar menghina Melayu, sampai terjadi perang antar-etnis yang menimbulkan banyak korban pada tahun 1964. Tunku Abdul Rahman yang panas hati lalu memisahkan Singapura, dengan tujuan agar kerusuhan tidak menjalar ke Semenanjung Malaya.
Tapi sebaliknya, justru Lee Kwan Yew tertawa mendapat “Singapura gratis” dan sejak itu Lee Kwan yew melanjutkan langkah penjajah Inggris mendesak rumpun Melayu Singapura hingga “Melayu hilang di dunia Singapura”, dan kini Singapura identik dengan Cina,India, Israel dan Zionis.
“Cina pengikut aliran Lee Kwan Yew” melanjutkan perjuangan Lee Kwan Yew dengan mendirikan partai DAP di Malaya Semenanjung, dan tetap menuntut pergantian nama Malaya menjadi Malaysia yang lebih berkonotasi “Malaysia milik bersama antara pribumi dan imigran pendatang”. Sedang nama Malaya mereka anggap berkonotasi milik pribumi Melayu”.
Para aktifis DAP , orang-orang Cina dan India terus menerus bikin pawai menghina Melayu di Kuala Lumpur,dan akhirnya puncaknya terjadi perang antar-etnis antara pribumi dengan pendatang di Kuala Lumpur , yang terkenal dengan nama Rusuhan Berdarah 13 Mei 1969 yang mengakibatkan korban meninggal ratusan orang dari berbagai pihak.
Maka para pemimpin Melayu mulai tegas, mereka mendirikan UMNO dan menerapkan politik garis keras dengan undang-undang ISA yang bisa dipakai untuk menangkap para pembangkang/oposan. Namun sebaliknya, tuntutan agar nama Malaya diganti menjadi Malaysia diwujudkan.
DOSA ATAU BODOH?
Bagi Khalid Salleh, sekalilagi itu adalah dosa para pemimpin Melayu karena terlalu baik hati kepada imigran yang “meminta sepaha padahal sudah dikasih selutut” . Dan kini mereka minta lagi seperut bahkan sedada. Yaitu ketika Mahathir Mohammad, pemimpin UMNO paling ditakuti memilih pensiun tanpa sebab.
Dengan pensiunnya Mahathir, DAP kembali berani berulah,terutama ketika musuh utama Mahathir, yaitu Anwar Ibrahim berani mendirikan partai oposisi PKR.
Dengan dukungan Anwar Ibrahim, plus didukung Partai Islam “garis kacamata kuda” PAS, maka DAP memprovokasi agar para pendukung partai China MCA dan partai India MIC membelot ke partai DAP atau PKR. Gelombang pembelotan Cina dan india berlambak-lambak,akhirnya Oposisi menang lumayan dalam Pemilu Raya 2009.
Sejak itu, para pejabat baru dari partai oposisi Malaysia mulai bergerak menghancurkan kebudayaan Melayu Nusantara dan agama Islam sampai kini. Bahkan yang terbaru, Anwar Ibrahim berjanji, kalau Oposisi menang dalam Pemilu Raya 2013, akan mendukung Israel dan membawa masuk Neo-Liberalisme yang menghalalkan pembaratan total Malaysia.
Itulah, makanya Khalid Salleh dengan geram mengutuk para pemimpin Melayu yang justru mendorong “Melayu Hilang di Dunia” !!!
* Imam Qalyubi adalah budayawan yang mengkaji KeNusantaraan.
Editor :
Jodhi Yudono
1 - Who Are Suaram
PENENTANG - Semuanya menjadi salah pada mereka. |
Who Are Suaram - An organisation called SUARAM has featured in the Malaysian and international media a lot recently, often described as an “independent human rights group”. So who are they? The thing is, whilst the group has been very public in attacking Prime Minister Najib Razak, they are very private about their own affairs. Their own website doesn’t give anything away about who is actually behind the group.
After a bit of media research we were able to compile the biographies below. As you can see, the group is dominated by PKR affiliates, officials and even politicians. And these are just the ones we know about. The photograph revealed above shows the longstanding ties key SUARAM members have with Anwar Ibrahim and his interests.
Why does this matter? Firstly, the controversial Scorpene issue has been reheated recently purely because of unsubstantiated claims by SUARAM, and their cunning but misleading portrayal of the French legal process. It’s outrageous that such a serious allegation can be based unquestioningly on the word of a group with clear political motivations.
It’s also fundamentally cynical and dishonest (not to mention damaging to our country’s reputation) to conduct partisan politics in this way. Sadly we’ve seen it before with Anwar’s so-called “international fact-finding mission”. Enough is enough. Please share this website with your friends so that they can find out who SUARAM really are.
2 - Suaram Desak Kerajaan Mansuh Dasar Kemasukan Pelajar Di UiTM
June 8, 2013Pengarah Suaram, Kua Kia Soong baru-baru ini dilaporkan membuat satu kenyataan meminta kerajaan memansuhkan dasar Universiti Teknologi Mara (UiTM) yang hanya menerima kemasukan pelajar dari bumiputera.
Kua turut menekankan bahawa, dasar tersebut telah melanggar Konvensyen Antarabangsa mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Perkauman.
Tidak cukup dengan itu, Kua turut mengatakan dasar enrolment UiTM adalah hipokrit kerana ia merupakan institusi awam yang dibiayai 100 peratus dari wang pembayar cukai.
Menarik bukan!!!! Isu yang suatu ketika dahulu merupakan satu perkara yang cukup sensitif untuk diperkatakan kerana menyentuh mengenai hak dan keistimewaan orang Melayu telah sewenang-wenangnya diperkatakan dengan secara terbuka.
Hanya kerana cadangan yang dibuat oleh Pro-Canselor UiTM, Tan Sri Dr Abdul Rahman Arshad untuk meminta kerajaan mengkaji semula sekolah vernakular kerana dirasakan menjadi batu penghalang kepada perpaduan negara, Kua dengan pantas menyerang institusi yang banyak melahirkan graduan Melayu dan Bumiputera itu.
Sedangkan pada hakikatnya keputusan PRU13 yang lalu jelas memperlihatkan polarisasi kaum antara Melayu dan Cina yang saling bergerak pada dua landasan selari namun mempunyai perbezaan yang ketara.
Sebahagian besar Cina memilih pengasingan atau mengasingkan diri dari menerima sosio-budaya dan sosio-etnik Melayu. Pengasingan yang berlaku secara besar-besaran ini ditambah pula dengan pengaruh DAP yang sering mengunakan isu-isu sensitif sebagai modal menarik sokongan.
Itu belum lagi diambil kira peranan yang dimainkan oleh Dong Zong yang jelas mahu menjadi cina-secinanya. Sebagai contoh pertubuhan ‘ultra kiasu’ itu sebelum ini berkeras menolak pengunaan silibus kerajaan dan hanya mahu mengiktiraf UEC buat para pelajarnya. Mungkin kerana risau para pelajarnya ‘cair’ dengan semangat kecinaan, mereka turut mengesa kerajaan agar mengiktiraf UEC bagi membolehkan mereka diterima untuk kemasukan di IPTA.
Mengapa ini terjadi? Apakah disebabkan kerana 97 peratus sokongan yang diterima oleh pakatan pembangkang dari masyarakat Cina, telah menyebabkan mereka semakin berani dan kurang ajar? Atau mungkinkah disebabkan kerana pendekatan yang digunakan oleh Anwar Ibrahim dan DAP yang sering menggunakan isu sensitif seperti ini untuk menarik undi?
Apa pun jawapannya, kenyataan Kua ini tidak seharusnya dipandang ringan oleh kerajaan khususnya pihak berkuasa. Ini kerana, sekiranya perkara ini tidak dipandang serius semakin banyak isu yang akan ‘mereka’ bangkitkan semata-mata kerana tidak berpuas hati dengan layanan yang diterima oleh masyarakat Melayu dan Bumiputera di negara ini.
Memetik kata-kata Prof Madya Dr Mohd Ridhuan Tee Abdullah, agenda Melayu (Islam) mesti diteruskan. Jati diri mesti diperkasakan. Melayu tidak boleh hanyut dalam arus sekular. Hati Melayu tidak boleh mati. Ini kerana bangsa lain, tidak pernah cairkan identiti mereka atas semangat 1Malaysia.
Misalnya, aktiviti belia dan sukan. Identiti atau jati diri apakah yang akan mengakari? Di manakah kedudukan kebudayaan kebangsaan, cara berpakaian dan sebagainya. Tidak cukup sekadar menyanyi lagu IM4U. Tidak ke mana, jika kita tidak bertegas dalam soal jati diri.
3 - P.Pinang Dijajah Semula
BAGAIMANA jika perkara ini di lakukan Melayu di Negara China? |
Pasca PRU turut menyaksikan Guan Eng mahukan satu pilihanraya PBT,mengunakan alasan ia akan membantu memindahkan balik kuasa kepada rakyat dan mempertingkat keupayaan pentadbiran PBT sementara Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak pula khuatir yang ia akan membuka laluan bagi politiking yang lebih banyak seperti terbukti dalam sejarah.
Apakah implikasinya?
Jika ia diluluskan maka penguasaan kerajaan negeri pada kerajaan tempatan melalui proksi proksi politik ,dan masyarakat cina dan india akan menguasai PBT di bandar.
Bayangkan berapa banyak PBT yang hanya di kuasai oleh orang melayu di seluruh Selangor dan Pulau Pinang?Berapa ramai melayu yang tinggal di kawasan bandar?Berapa ramai exco berbangsa melayu yang menganggotai exco PBT atas lantikan parti politik?
Adakah anda rela PBT punyai exco tempatan yang dikuasi oleh chauvanist cina dan menjadikan bandar bandar Selangor dan Pulau Pinang sebagai salah satu pusat pentadbiran mereka. Usaha secara halus ini secara tidak langsung memudahkan gerak kerja menghambat orang melayu keluar dari bandar,malahan pelbagai implikasi akan timbul seperti bebas mendirikan kuil dan rumah ibadat ditanah milik kerajaan tanpa had.Menghapuskan kuota penduduk bumi di sesuatu kawasan perumahan,memudah milik hartanah dan pemberian lesen hiburan tanpa kawalan.
Namun kegusaran ini sudah terlambat apabila pihak kerajaan DAP sudah pun menjalankan pilihanraya PBT,dibuat tanpa pengetahuan umum dan hanya sesetengah pihak saja yang terlibat membuktikan ada agenda yang tersembunyi yang mahu dilaksanakan .
Adakah dengan hanya 300 orang yang mengundi kepada calon masing masing sudah mewakili keseluruhan rakyat Pulau Pinang? Dimanakah suara suara Melayu? Mengapa tidak ada langsung pengumuman atau pun sebaran maklumat mengenai pilihanraya ini kepada keseluruhan rakyat negeri Pulau Pinang,inikah yang dikatakan CAT?
Untuk pengetahuan anda,sejarah 1965 sudah berulang, ketika itu Barisan Sosialis menguasai pentadbiran Majlis Bandar Raya George Town walaupun pentadbiran negeri dikuasai Parti Perikatan.
Seperti biasa,melayu melayu haprak pakatan tidak akan berani bersuara malah langsung tidak akan berani mempersoalkan tindakan Guan Eng,semuanya akan dihalalkan .
P/s : Orang melayu sudah menerima nasib seperti rakyat Palestin.
4 - DONG ZHONG - MENUKAR MELAYU MENJADI CINA
DONG ZHONG - Mengujudkan Negara di dalam Negara.
Tujuh
pertubuhan utama Cina dengan diketuai Dong Zhong telah memuktamadkan
‘Chinese Education Memorandum’ yang menyenaraikan 49 tuntutan dan akan
diserahkan kepada Perdana Menteri pada bila-bila masa.
Antara tuntutan mereka ialah agar kerajaan menghapuskan syarat-syarat yang dikenakan bagi pembinaan sekolah, menuntut agar kerajaan menanggung kos pembinaan dan tanah untuk sekolah Cina serta melaksanakan polisi pendidikan berbagai berbanding satu sistem yang diamalkan sekarang.
Apa yang dituntut oleh pertubuhan-pertubuhan Cina ini membuktikan bahawa mereka benar-benar ingin menyisihkan terus kaum Cina dari arus sosial dan pembangunan negara ini.
Melihat dari keangkuhan kaum Cina yang sering bermegah dengan penguasaan ekonomi mereka di negara ini, maka mereka mungkin ingin mewujudkan ‘Chinese Supremacy’ di mana mereka berada di atas dan oleh itu tidak perlu bergaul dengan kaum lain. Tindakan mereka seolah-olah ingin mewujudkan sistem apartheid yang mengasingkan kaum-kaum di Malaysia.
Apartheid dilaksanakan secara rasmi di Afrika selepas pilihanraya pada tahun 1948 yang memisahkan penduduk kepada 4 kumpulan iaitu orang asli, kulit putih, Asia dan lain-lain kaum. Kesemua kumpulan ini dipisahkan dalam pendidikan, perubatan, kawasan peranginan di pantai, kemudahan awam,malah kawasan perumahan juga dipisahkan, adakalanya dengan cara kekerasan. Tentu sekali, kumpulan yang lemah dari segi ekonomi iaitu penduduk asal kulit hitam, mendapat bahagian yang lebih buruk dari pemisahan ini.
Sebenarnya, sudah terlalu lama Dong Zhong memperjuangkan ‘apartheid’ di Malaysia ini dan mereka nampaknya tidak akan berganjak lagi. Malah, mereka terus mara dan terus mengasak dengan tuntutan yang bukan-bukan bagi memastikan matlamat mereka berjaya.
Namun, apa yang membuatkan kita menggeleng-gelengkan kepala dengan keangkuhan ektremis Cina ini ialah mereka sanggup meminta kerajaan menanggung kos untuk melaksanakan agenda gelap mereka.
Adalah tidak wajar sama sekali bagi kerajaan untuk menggunakan wang negara dan wang rakyat untuk membantu puak ektremis mengubah struktur sosial negara ini demi kepentingan sempit komuniti mereka.
Jika Dong Zhong ingin membina sekolah Cina yang berkiblatkan budaya, sejarah dan bahasa ibunda mereka, adalah tidak wajar mereka meminta bantuan kerajaan Malaysia. Ini kerana ianya amat bertentangan dengan aspirasi kerajaan untuk membentuk 1Malaysia dengan satu bangsa, bahasa dan budaya.
Pendek kata, jika Dong Zhong ingin membina sebuah negara China baru di dalam Malaysia, maka mereka perlu ditentang, bukannya dibantu.
Apa yang dituntut oleh Dong Zhong sebenarnya amatlah merbahaya. Percayalah agenda mereka adalah jauh lebih dalam dan luas dari sekadar ‘pendidikan Cina’. Ini bukan soal pendidikan lagi kerana jika ia hanya soal pendidikan bahasa Cina, ia boleh diselesaikan dengan sekadar mengadakan kelas tambahan.
Dong Zhong mengimpikan sesuatu yang melangkaui soal bahasa atau budaya Cina. Mereka inginkan penguasaan kaum Cina secara mutlak tanpa perlu bergantung kepada kaum lain, selain dari menjadi penyumbang kepada daya-beli produk mereka.
Sudah menjadi undang-undang tidak bertulis di dunia bahawa sesiapa yang mengawal ekonomi, adalah berkuasa. Maka, dengan ekonomi sedia berada di tangan kaum Cina, pengasingan kaum Cina dari kaum lain akan memaksa kaum lain tunduk kepada mereka. Lama kelamaan, kuasa politik yang ada pada kerajaan juga tidak akan membawa makna lagi kerana terpaksa tunduk kepada kuasa ekonomi kaum Cina.
Sudah sampai masa kerajaan bertegas dengan puak ektremis Cina ini. Bahaya yang dibawa mereka tiada bezanya dengan puak ektremis agama yang mampu menjejaskan keamanan negara. Dengan dasar apartheid yang ingin diwujudkan mereka, tidak mustahil negara bakal mengalami nasib seperti Afrika suatu ketika dahulu, dalam masa 10 – 20 tahun dari sekarang jika segala tuntutan mereka diterima.
Antara tuntutan mereka ialah agar kerajaan menghapuskan syarat-syarat yang dikenakan bagi pembinaan sekolah, menuntut agar kerajaan menanggung kos pembinaan dan tanah untuk sekolah Cina serta melaksanakan polisi pendidikan berbagai berbanding satu sistem yang diamalkan sekarang.
Apa yang dituntut oleh pertubuhan-pertubuhan Cina ini membuktikan bahawa mereka benar-benar ingin menyisihkan terus kaum Cina dari arus sosial dan pembangunan negara ini.
Melihat dari keangkuhan kaum Cina yang sering bermegah dengan penguasaan ekonomi mereka di negara ini, maka mereka mungkin ingin mewujudkan ‘Chinese Supremacy’ di mana mereka berada di atas dan oleh itu tidak perlu bergaul dengan kaum lain. Tindakan mereka seolah-olah ingin mewujudkan sistem apartheid yang mengasingkan kaum-kaum di Malaysia.
Apartheid dilaksanakan secara rasmi di Afrika selepas pilihanraya pada tahun 1948 yang memisahkan penduduk kepada 4 kumpulan iaitu orang asli, kulit putih, Asia dan lain-lain kaum. Kesemua kumpulan ini dipisahkan dalam pendidikan, perubatan, kawasan peranginan di pantai, kemudahan awam,malah kawasan perumahan juga dipisahkan, adakalanya dengan cara kekerasan. Tentu sekali, kumpulan yang lemah dari segi ekonomi iaitu penduduk asal kulit hitam, mendapat bahagian yang lebih buruk dari pemisahan ini.
Sebenarnya, sudah terlalu lama Dong Zhong memperjuangkan ‘apartheid’ di Malaysia ini dan mereka nampaknya tidak akan berganjak lagi. Malah, mereka terus mara dan terus mengasak dengan tuntutan yang bukan-bukan bagi memastikan matlamat mereka berjaya.
Namun, apa yang membuatkan kita menggeleng-gelengkan kepala dengan keangkuhan ektremis Cina ini ialah mereka sanggup meminta kerajaan menanggung kos untuk melaksanakan agenda gelap mereka.
Adalah tidak wajar sama sekali bagi kerajaan untuk menggunakan wang negara dan wang rakyat untuk membantu puak ektremis mengubah struktur sosial negara ini demi kepentingan sempit komuniti mereka.
Jika Dong Zhong ingin membina sekolah Cina yang berkiblatkan budaya, sejarah dan bahasa ibunda mereka, adalah tidak wajar mereka meminta bantuan kerajaan Malaysia. Ini kerana ianya amat bertentangan dengan aspirasi kerajaan untuk membentuk 1Malaysia dengan satu bangsa, bahasa dan budaya.
Pendek kata, jika Dong Zhong ingin membina sebuah negara China baru di dalam Malaysia, maka mereka perlu ditentang, bukannya dibantu.
Apa yang dituntut oleh Dong Zhong sebenarnya amatlah merbahaya. Percayalah agenda mereka adalah jauh lebih dalam dan luas dari sekadar ‘pendidikan Cina’. Ini bukan soal pendidikan lagi kerana jika ia hanya soal pendidikan bahasa Cina, ia boleh diselesaikan dengan sekadar mengadakan kelas tambahan.
Dong Zhong mengimpikan sesuatu yang melangkaui soal bahasa atau budaya Cina. Mereka inginkan penguasaan kaum Cina secara mutlak tanpa perlu bergantung kepada kaum lain, selain dari menjadi penyumbang kepada daya-beli produk mereka.
Sudah menjadi undang-undang tidak bertulis di dunia bahawa sesiapa yang mengawal ekonomi, adalah berkuasa. Maka, dengan ekonomi sedia berada di tangan kaum Cina, pengasingan kaum Cina dari kaum lain akan memaksa kaum lain tunduk kepada mereka. Lama kelamaan, kuasa politik yang ada pada kerajaan juga tidak akan membawa makna lagi kerana terpaksa tunduk kepada kuasa ekonomi kaum Cina.
Sudah sampai masa kerajaan bertegas dengan puak ektremis Cina ini. Bahaya yang dibawa mereka tiada bezanya dengan puak ektremis agama yang mampu menjejaskan keamanan negara. Dengan dasar apartheid yang ingin diwujudkan mereka, tidak mustahil negara bakal mengalami nasib seperti Afrika suatu ketika dahulu, dalam masa 10 – 20 tahun dari sekarang jika segala tuntutan mereka diterima.
5 - Hindraf Perlu Di Bantu Untuk Mereka Pulang Ke Negara Asal Nenek Moyang Mereka.
Saturday, November 29, 2008
HINDRAF - Rakyat MAHATMA GHANDI, MEREKA BUKAN RAKYAT DYMM YANG DI PERTUAN AGUNG. |
HINDRAF Sangat Menyesal Kerana Datok Nenek Mereka Datang ke Malaysia Dan Tidak Pulang Setelah Tamat Kontrek.
Hindraf saman Ratu Elizabeth US $4 trilion kerana datuk nenek mereka dibawa ke Malaysia oleh British.
Ulasan:
- Tanpa Nama21 Julai 2011 12:35 PTGAku sokong sesangat perjuangan dia orang ni. Kalau dah menang saman dengan British boleh lah dia orang beli kapalterbang balik negara asal beramai-ramai.....aman sikit Malaysia niBalas
- Tanpa Nama21 Julai 2011 1:48 PTGSaya pun sokong tuntutan mereka dengan syarat,
menang walaupun RM1 seorang, mereka mesti serah balik semua kerakyatan mereka dah berangkat pulang keTanah Asal toknek dia.
Tak sabar2 tunggu hari ini tiba. Pasai lama sangat ni?
6 - Hindraf - Kami Nak Pulang
Apakah hari ini yang kita lihat kaum india tidak dibenarkan memiliki aset, tanah, perniagaan, kerusi-kerusi politik di kawasan majoriti Melayu atau apakah hak-hak pendidikan mereka ditiadakan? Apakah penggunaan bahasa ibunda mereka diharamkan?
Jika diteliti kritikan Anak Melayu, jelas ada asasnya:
"Mereka cakap kaum India miskin. Memang tidak dinafikan tetapi kaum lain pon ada yang miskin juga. Melayu, India dan tidak dilupakan kaum peribumi terutama sekali Orang Asli.
Tetapi jika kita lihat hari ini, kaum India dan Cina yang menguasai kekayaan negara. Mereka ada Ananda Krishnan, seorang billionair yang ternama. Mereka juga diberi jawatan-jawatan penting dalam kerajaan dan juga swasta. Hakim, Pengarah, CEO dan banyak lagi. Ada kita dengar orang Melayu ungkit dan Marah?"
jangan salahkan sejarah dimana kehidupan kita bermula dari peristiwa yang telah berlaku..adalah tidak releven menyalahkan sejarah..dimana mengemukakan tuntutan sivil dan memfailkan saman berjumlah USD4 trillion (RM13.5 trillion) terhadap kerajaan British di High Courts of Justice, London dan mendesak Ratu England, Ratu Elizabeth II menyokong tuntutan saman dengan menghantar petisyen mengandungi 100,000 tandatangan . adakah logik dimana meminta sokongan dari Ratu British sedangkan kita masih mempunyai Yang DiPertuan Agong.. dimana letaknya kehormatan rakyat terhadap rajanya>>>
saya tertarik mengulas tentang sejarah yang ingin dipertikaikan kaum india, dimana menurut salah seorang peguam yang terb**it merencanakan tuntutan ini, Waytha Moorthy, dalam web Indian Malaysian Online terbitan 22 November 2007 menyebut,
"Kami menuntut pampasan kerana kami kini selamanya terjajah yakni pada zaman penjajahan British dan kini di bawah kerajaan etnik Melayu".
Apa asas dakwaan ini? Sedarkah bahawa hanya beberapa kaum Punjabi beragama Sikh dari benua India dibawa masuk oleh Inggeris untuk bekerja di Tanah Melayu sebelum tahun 1890.
Tiada kaum India berbangsa Tamil beragama Hindu yang dibawa masuk untuk bekerja di bidang infrastruktur sebelum itu melainkan golongan pedagang yang kebanyakannya terdiri dari kaum Tamil Muslim yang datang untuk berdagang ke Tanah Melayu sejak ratusan tahun sebelum itu.
Hanya apabila harga getah dunia meningkat antara tahun 1910 hingga 1930, system Kangany diperkenalkan dan pekerja-pekerja dari Tamil Nadu di bawa masuk secara kontrak, untuk bekerja dan pulang ke Negara Asal Mereka apabila kontrak tamat.
Malang mungkin tertimpa kepada mereka apabila British gagal untuk mengurus system ini dengan berkesan. ...
Namun kenapa salahkah sejarah .. jika sejarah yang ingin disalahkan salahkan salur galur dimana nenek moyang yang tidak berusaha di India dan mereka yang dibawa masuk ke Malaysia kerana kegagalan mereka di tanah air sendiri. Salahkan mereka kerana tidak berupaya mempertahankan anak keturunan mereka sendiri. Sedikit agak kejam kata-kata saya tadi namun itulah hakikatnya.
Dakwaan kononnya masyarakat India hanya memiliki 1.5 peratus ekuiti berbanding 8 peratus populasi bukan bermakna mereka tidak diberi peluang.
Kaum Bumiputra yang terdiri dari 60 peratus populasi pun hanya memiliki 19 peratus ekuiti. Ini banyak bergantung kepada tahap kompetensi sesebuah bangsa itu sendiri.
Sesungguhnya, mereka lupa bahawa mereka diberi hak untuk pulang ke negara asal dan menyambung rumpun akar yang putus pada ketika itu dan juga hari ini.
Seandainya mereka pulang selamanya, apakah nasib mereka lebih baik dari hari ini? Apakah negeri Tamil Nadu menjanjikan apa yang mereka peroleh hari ini di Malaysia?
DSAI ...mengatakan "HINDRAF sepatutnya menumpukan perhatian mereka kepada kerajaan BN yang bertanggungjawab di atas salahguna kuasa yang telah menindas kaum India yang miskin, dan juga pada masa yang sama gagal menyelesaikan masalah semua rakyat Malaysia tanpa mengira kaum, warna kulit ataupun agama."
AMUKANMELAYU - Pejabat Pendaftaran perlu ujudkan KAUNTER KHAS bagi Cina dan India yang ingin memulangkan MyKAD. Memberi mereka MyKad adalah satu perkara yang perlu di kaji semula.....kaum Cina dan India rata-rata ingin pulang ke Negara asal dan pilihan untuk menghembuskan nafas yang terakhir juga, mereka ingin mati di Negara Asal Nenek Moyang Mereka.